PTK







JURNAL
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 1 BENUA LIMA



OLEH : JUMAKIR, S.PD







DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN BARITO TIMUR
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
2006





EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BENUA LIMA

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Benua Lima bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif dengan menggunakan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran.
Proses belajar mengajar dalam penelitian ini menggunakan metode praktek/eksperimen dengan menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan konsep suhu dan kalor dan dilaksanakan di ruang laboratorium fisika. Dalam kegiatan pembelajaran siswa bekerja dalam kelompok dengan menggunakan LKS, dan penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus
Hasil penelitian tindakan kelas menunjukan bahwa : (1) perhatian ,kemandirian , aktifitas, sikap dan minat meningkat (2) hasil belajar aspek psikomotorik langsung dapat diamati dan hasilnya meningkat siklus 1 adalah 70,6 ,Siklus-2 adalah 81,0 dan siklus-3 adalah 82,1, kategorinya baik , (3) penguasaan konsep fisis lebih baik hal ini terlihat dari nilai rata-rata aspek kognitif yaitu 71,3 dan (4) nilai rata-rata aspek afektif adalah 71,9













PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
SMP Negeri 1 Benua Lima sudah memiliki gedung laboratorium IPA namun alat dan bahan yang tersedia belum lengkap dan jumlahnya sedikit sehingga untuk melakukan praktek tidak mencukupi.
Guru mata pelajaran fisika dalam mengajar sering menggunakan pendekatan konvensional dan jarang menggunakan alat peraga. Ada beberapa hambatan yang dialami guru dalam menggunakan alat peraga, diantaranya, tidak adanya tenaga laboran, minimnya alat dan bahan yang tersedia, serta guru yang mengajar fisika selama ini belum pernah mengikuti diklat pengelolaan laboratorium.
Hasil belajar fisika selama ini masih belum mengembirakan, siswa masih kurang berani untuk menyampaikan pendapat, jarang bertanya, kerja sama kelompok belum baik.
Dengan mengembangkan pembelajaran yang inovatif, salah satunya menggunakan alat peraga dalam menemukan konsep diharapkan proses pembelajaran akan lebih baik, lebih menarik dan menyenangkan sehingga hasil belajar fisika akan lebih baik
2. Perumusan Masalah
Apakah dengan mengefektifkan penggunaan alat peraga pada konsep kalor dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMPN 1 Benua Lima
3. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar fisika pada aspek kognitif, psikomotorik dan afektif sesuai kompetensi melalui efektifitas penggunaan alat peraga pada pembelajaran fisika

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1. Landasan Teori
Hakekat Belajar, Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Hasil kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan yeng terjadi diharapkan kearah perubahan yang positif.
Seorang guru dikatakan berhasil mengajar apabila dapat mengakibatkan kegiatan belajar pada diri siswa. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Peran yang harus dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berperan aktif dan kreatif dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Pada tingkat SMP/MTs mata pelajaran Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuh kembangkan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Pada saat ini tuntutan hasil belajar siswa meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah ini, kognitif, afektif dan psikomotorik tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Fisika sebagai mata pelajaran yang mempelajari sifat-sifat keteraturan alam mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya yang berbeda. Kegiatan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotorik sedangkan kegiatan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Selama ini kegiatan belajar mengajar lebih menitik beratkan aspek kognetif saja, Sehingga praktek di laboratorium dianggap suatu kegiatan yang yang kurang bermanfaat, tidak memberikan sumbangan terhadap peningkatan aspek kognitif dan hanya menghabiskan waktu belajar saja. Kenyataan yang ada menunjukkan ketika siswa mempelajari suatu konsep fisis dengan mengunakan media pembelajaran yang berupa alat dan bahan praktek fisika akan diperoleh konsep yang benar dan menghindarkan dari mis konsepsi.
Guru fisika sebagai salah satu factor penentu keberhasilan dalam pelaksanakan pembelajaran perlu memiliki kompetensi antara lain : menyusun program pembelajaran, menguasai materi subtansi, memahami psikologi anak, memahami berbagai metode dan model pembelajaran, mampu menggunakan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dan melakukan penilaian.
Media Pembelajaran, Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah diartikan perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Henich dkk membuat klasifikasi media sebagai berikut : (1) media yang tidak diproyeksikan, (2) media yang diproyeksikan, (3) media audio, (4) media vidio, (5) media berbasis komputer, dan (6) multi media kit.
Alat Peraga Pendidikan IPA, Alat peraga pendidikan IPA ialah alat yang secara langsung digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar IPA, yang termasuk alat ini adalah : (1) alat IPA , adalah alat yang bila dipakai untuk praktek tidak habis terpakai, (2) bahan, adalah sesuatu benda jika dipakai untuk praktek dapat habis terpakai, (3) model, model adalah benda tiruan yang bentuknya seperti benda aslinya, (4) carta dan gambar, (5) benda asli
Memilih alat dan bahan, dari kegiatan-kegiatan yang telah kita tentukan kita pilih alat dan bahan yang kita perlukan untuk praktek, secara singkat prose pemilihan alat dan bahan dapat digambarkan sebagai berikut : peninjauan standar kompetensi, peninjauan kompetensi dasar, penyusunan konsep, pemilihan konsep esensial, pemilihan metode kegiatan, pemilihan alat dan bahan, dan pelaksanaan pembelajaran
Manfaat Menggunakan Alat Peraga, Secara umum manfaat alat peraga dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Kemp dan Dayton mengidentifikasikan beberapa manfaat alat peraga dalam pembelajaran, yaitu : (1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, (2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, (3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4) Efisien dalam waktu dan tenaga, (5) Tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal , (6) Meningkatkan kualitas hasil belajar, (7) Alat peraga akan merubah peran guru ke arah yang positif dan produktif.
Hasil Belajar, Hasil belajar diperoleh setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang diharapkan kemampuan yang utuh dalam menguasai kompetensi, yang mencakup kemampuan kognitif, psikomotorik dan kemampuan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir, sesuai dengan tingkatan berfikir yang terendah sampai ketingkat tinggi dimulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Kemampuan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan gerak dan sering disebut ketrampilan dan banyak dalam pelajaran praktik. Kemampuan afektif siswa meliputi perilaku sosial, sikap, minat, disiplin, nilai, norma dan sejenisnya.
2. Pengajuan Hipotesis
Kerangka Berfikir
Keadaan awal, Guru dalam proses pembelajaran berkecenderungan menggunakan pendekatan konvensional, guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab secara pasif, siswa mendengarkan kalau tidak jelas diminta untuk bertanya, dan kemudian guru memberi waktu kepada siswa untuk mencatat konsep yang ditulis guru, pola kegiatan seperti tersebut menyebabkan hasil belajar siswa rendah
Proses, Siklus 1 : menggunakan alat peraga dan lembar kerja siswa secara kelompok besar, kelompok bekerja dengan petunjuk dan arahan dari guru. Siklus 2 : menggunakan alat peraga dan lembar kerja siswa secara kelompok kecil, kelompok bekerja dengan petunjuk dan pengarahan dari guru, Siklus 3 : menggunakan alat peraga dan lembar kerja siswa secara kelompok kecil, kelompok bekerja mandiri
Keadaan akhir, Siswa aktif , kreatif, mandiri, berani menyampaikan pendapat sehingga hasil belajar yang dituntut dalam kompetensi lebih baik
Hipotesis
Dari landasan teori dan kerangka berfikir di atas:
Diduga melalui efektifitas penggunaan alat peraga pada pembelajaran fisika pada konsep kalor akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP kelas VIII

METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian, Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang melibatkan dua langkah tahapan yang ditempuh agar memperoleh informasi yang akurat, yaitu :
Tahap pertama, berkolaborasi dengan guru fisika di SMA Negeri 1 Benua Lima dengan melakukan indentifikasi kegagalan dan keberhasilan pembelajaran fisika yang telah berlangsung.
Tahap kedua, adalah tahap pelaksanaan kegiatan penelitian untuk mengambil data, pengambilan data dilakukan dengan observasi melalui tiga siklus.
Tempat Penelitian, Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Benua Lima.
Subyek penelitian , Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA.
Alat pengambilan data ; Instrumen monitoring untuk mengamati ketrampilan menggunakan alat, Angket untuk mengetahui aspek afektif, Lembar tes, untuk mengetahui aspek kognitif , dan lembar catatan saat observasi untuk mengetahui kejadian penting dan perubahan tingkah laku baik secara individu maupun kelompok.
Teknik analisa data, data yang terkumpul berupa data kualitatif dan kuantitatif, data kualitatif dilakukan trianggulasi atau pengecekan dengan sumber lewat kolaborasi antara peneliti dengan guru dan siswa, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan memaparkan secara deskriptik dalam bentuk tabulasi dan prosentase

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan observasi tentang kondisi lapangan. Subyek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas VIIIA yang berjumlah 35 siswa.
Siklus 1
rencana tindakan 1, dilaksanakan hari Sabtu, tgl 21 Januari 2006, guna melaksanakan pembelajaran untuk siklus 1 disediakan LKS 1 yang siap digunakan, materi pembelajaran tentang kesetaraan suhu dengan menggunakan termometer satuan celsius dan termometer yang belum diketaui satuannya. Alat yang diperlukan sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru.
tindakan dan observasi 1 , siswa dibagi dalam kelompok besar dengan jumlah anggota 5 orang siswa. Guru dominan mengatur jalannya proses pembelajaran,hal ini terjadi dikarenakan siswa jarang melakukan kerja kelompok menggunakan alat. Urutan langkah-langkahnya sebagai berikut : (1) guru menyampaikan kompetensi dan indikator-indikator pencapaian yang harus dikuasai siswa, (2) guru memberi informasi dan petunjuk tentang jalannya percobaan, (3) guru mendemontrasikan cara membaca termometer yang benar, (4) siswa melakukan kerja sesuai petunjuk LKS, (5) setelah data diperoleh kemudian tiap kelompok membahas cara mengkonversikan suhu dari satuan X (yang diselidiki) ke satuan celsius, sampai diperoleh suatu persamaan.
Refleksi 1, Berdasarkan hasil observasi dapat diidentifikasi bahwa tindakan 1 berjalan cukup meskipun masih ada beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian dan perbaikan. Masalah utama adalah siswa belum terbiasa untuk praktek, masih ada kesalahan menempatkan dan kesalahan paralak membaca termometer. Anggota kelompok 5 orang hal ini menyebabkan ada anggota yang pasif dan tidak berbuat apa-apa dalam kegiatan. Belum ada kesempatan yang cukup untuk berdiskusi tentang konversi suhu, pelaksanaan masih tersendat-sendat, waktu terasa sangat pendek.
Siklus 2
Rencana tindakan 2, dilaksanakan hari Sabtu, tgl 28 Januari 2006, Dengan pertimbangan hasil refleksi terhadap siklus 1 kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan siklus 2, antara lain dengan mengggunakan kelompok kecil yang beranggota 3 orang siswa diharapkan semua siswa aktif bekerja. Kegiatan pembelajaran menggunakan lembar kerja yaitu LKS 2 yang disiapkan. Konsep yang dipelajari adalah menentukan kalor jenis benda. Alat yang diperlukan sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Tindakan dan observasi 2, Siswa dibagi dalam kelompok kecil dengan jumlah anggota 3 orang siswa. Peran guru masih dominan mengatur jalannya proses pembelajaran. Urutan langkah-langkahnya sebagai berikut : (1) guru menyampaikan apersepsi tentang konsep kalor jenis, (2) guru memberi arahan dan bimbingan dalam kerja kelompok, (3) siswa melakukan kerja sesuai petunjuk LKS, (4) setelah data diperoleh kemudian tiap kelompok mengolah data.
Pada siklus 2 ini guru secara langsung melakukan penilaian unjuk kerja /aspek psikomotorik secara individual. Namun hasil belajar aspek kognitif dan aspek afektif belum sempat diamati untuk diambil datanya disebabkan waktu yang sempit.
Refleksi 2, Berdasarkan pada hasil observasi dapat diidentifikasi bahwa tindakan 2 berjalan cukup baik ada peningkatan dibanding siklus 1 , hal ini disebabkan siswa sudah mempunyai pengalaman melakukan praktek dari pertemuan sebelumnya, setiap anggota aktif melakukan kegiatan, pembagian tugas sudah kelihatan ada yang menimbang benda, ada yang mencatat, ada yang mengisi beker gelas dengan air dan menyiapkan bunsen sehingga kerja sama kelompok cukup baik. Pembacaan termometer dan neraca ohaus sudah benar, namun masih ada yang perlu mendapat perhatian dalam mengolah data hasil percobaan yaitu menghitung nilai kalor jenis suatu benda yang digunakan praktek.
Siklus 3
Rencana Tindakan 3, dilaksanakan hari Kamis, tgl 9 Pebruari 2006. Pembelajaran pada siklus 3 merupakan penyempurnaan dari siklus 2. Kegiatan siklus 3 menggunakan LKS 3 yang disiapkan, materi pembelajaran tentang kalor lebur es.
Tindakan dan observasi 3, Siswa tetap dalam kelompok kecil. Peran guru tidak dominan mengatur jalannya proses pembelajaran, pertimbangan hal ini adalah siswa sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan kerja kelompok secara mandiri dari siklus 1 dan siklus 2. Urutan langkah-langkahnya sebagai berikut : (1) guru hanya menyampaikan hal-hal yang prinsip saja dan tidak detail untuk mengantarkan siswa bekerja secara mandiri, (2) siswa melakukan kerja sesuai petunjuk LKS, (3) setelah data diperoleh kemudian tiap kelompok mengolah data.
Guru melakukan penilaian unjuk kerja dan penilian aspek afektif namun penilaian aspek kognitif tidak dapat dilaksanakan dikarenakan waktunya sangat terbatas, penilaian kognitif dilakukan pada hari lain.
Refleksi 3, Berdasarkan pada hasil observasi dapat diidentifikasi bahwa tindakan 3 sebagian besar kelompok dalam satu kelas berjalan baik ada peningkatan dibanding siklus sebelumnya , kemampuan siswa dalam menggunakan termometer dan neraca ohous sangat baik, proses pengamatan peleburan es baik, setiap individu aktif mengerjakan tugas yang telah disepakati sehingga praktek berjalan dengan lancar. Setelah dilakukan perhitungan nilai kalor lebur es dari data yang diperoleh hasilnya mendekati nilai sebenarnya.
2. Pembahasan
Permasalahan yang akan dicari alternatif penyelesaian melalui penelitian tindakan kelas ini adalah ; Apakah dengan mengefektifkan penggunaan alat peraga pada akan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
Dalam penelitian tindakan kelas ini telah dilakukan sebanyak 3 kali siklus dan ternyata mampu memberikan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif , inovatif dan menyenangkan. Ada 2 hal yang mendapat penekanan kegiatan dalam penelitian ini yaitu ; pelaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga/praktek dan melaksanakan penilaian pencapaian hasil belajar baik aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Kegiatan pertama menitik beratkan kemandirian siswa dalam berinteraksi dengan alat peraga/praktek untuk menemukan dan memahami konsep fisis yang dipelajari, kegiatan kedua kegiatan siswa dan guru , siswa adalah pihak yang akan dinilai penguasaan kompetensi yang terukur lewat indikator pencapaian dan guru adalah pihak yang melakukan penilaian.
Dari hasil belajar siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran dengan alat peraga , mulai siklus pertama ke selanjutnya ada peningkatan kualitas hasil belajar: (1) Nilai rata-rata kelas hasil belajar aspek psikomotrorik pada siklus 1 adalah 70,6 ,Siklus-2 adalah 81,0 dan siklus-3 adalah 82,1 . dari ketiga nilai aspek psikomotorik tersebut dapat dikategorikan baik, (2) nilai rata-rata kelas untuk aspek kognitif yang diukur melalui tes tertulis bentuk pilihan ganda dengan 10 pertanyaan adalah 71 dan dikategorikan baik , (3) untuk penilaian aspek afektif dari analisa tentang minat belajar siswa terhadap fisika , skor 15 – 30 sebanyak 1 orang, skor 31 – 45 sebanyak 24 orang , dan skor 46 – 60 sebanyak 10 orang, skor rata rata kelas adalah 71,9 dari data skor rata-rata kelas dikategorikan baik
Pada penelitian ini diambil data pendukung dari guru pengajar fisika sebanyak 4 orang guru dengan cara mengisi angket dan dilengkapi dengan wawancara , 1 orang dari latar belakang sarjana pendidikan fisika, 2 orang guru berlatar belakang sarjana pendidikan kimia dan 1 orang dari latar belakang sarjana pendidikan Matematika, dari data yang diperoleh guru jarang melakukan praktek laboraatorium dalam mengajar, hal ini disebabkan, alat dan bahan laboratorium fisika masih kurang, lembar kerja siswa kurang lengkap, semua belum pernah ikut diklat penggelolaan laboratorium, sehingga guru merasa kesulitan untuk melakukan praktek laboratorium saat mengajar

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan :
a. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran fisika mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
b. Dengan menggunakan alat peraga akan membuat siswa lebih aktif, kreatif, mandiri, proses pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna sehingga kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai dengan baik.
c. Memudahkan guru untuk mengelola pembelajaran dan menanamkan konsep fisis, sehingga siswa dengan mudah dapat menguasasi kompetensi yang dituntut pada kurikulum 2004
d. Selama ini guru mempunyai hambatan untuk melakukan praktek dalam pembelajaran, penyebabnya antara lain alat dan bahan tidak lengkap, lembar kerja siswa kurang lengkap, belum pernah mengikuti diklat pengelolaan laboratorium, tidak ada petugas laboran.








F. DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 1987. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Arif S sadiman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Azhar arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
M. Chabib Thoha .1990, Teknik Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Mundilarto. 2005. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. -
Depdiknas. 2003. Laporan Hasil Belajar Siswa. Jakarta. Direktur PMU
Depdiknas. 2003. Pengembangan Instrumen danPenilaian Afektif. Jakarta. Direktur PMU
Depdiknas.2003.PengembanganInstrumen Penilaian Psikomotorik. Jakarta. Direktur PMU
Depdiknas. 1999. Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA. Jakarta. Direktur PMU
Karso. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta : Proyek Peningkatan Guru SLTP
Muhsin L. 1993. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta. Proyek Peningkatan Guru SLTP
Oemar Hamalik. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarata : Bumi Aksara
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : Bina Aksara
Sumadi Suryobroto.1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wahyana. 1986. Pengelolaan Pembelajaran Fisika. Jakarta. Karunika Universitas Terbuka